~BASAHKAN LIDAHMU~

Sunday, January 1, 2012

SIAPA IDOLA KITA??



SIRAH 1

























Setelah tentara muslimin berhasil menundukkan kekuatan kaum Yahudi di KhAibar, dan setelah keamanan berhasil ditegakkan di Hijjaz, maka NABI MUHAMMAD ingin menyampaikan agama fitrah kepada penduduk di kawasan-kawasan perbatasan dengan Syam. Untuk itu NABI MUHAMMAD mengutus salah seorang sahabat, bernama Harits bin Umair Al-Azdi, dengan membawa sepucuk surat untuk diserahkan kepada pemimpin Ghasasinah, bernama Al-Harits bin Abi Syimr Al-Ghassani. Akan tetapi, setelah menerima dan membaca surat NABI MUHAMMAD, pemimpin Ghasasinah ini menangkap dan membunuh utusan Nabi di suatu tempat bernama Mu’tah,Jordan, (tempat aku belajar kini hehehe) . Perbuatan membunuh utusan ini dianggap sebagai pelanggaran serius terahadap peraturan yang berlaku bagi sesebuah negara pada saat itu, yang melarang membunuh utusan yang datang dari pihak musuh sekalipun. Hal ini membuat Nabi marah dan beliau memutuskan akan memerangi pembunuh utusan baginda.
Selain itu,  NABI MUHAMMAD telah mengutus 15 orang dari sahabat baginda ke kawasan Syam, untuk mengajak penduduk negeri itu kepada Islam. Akan tetapi penduduk setempat menangkap mereka semua. Kemudian terjadi perlawanan dan pertempuran diantara mereka. Oleh krna kekuatan yang sangat tidak seimbang, maka semua sahabat Nabi  gugur syahid, kecuali seorang yang terluka dan berjaya kembali kepda Nabi di Madinah dan memberitakan akan peristiwa tersebut.
Dua peristiwa tersebut telah menciptakan kondisi politik yang panas diantara kedua belah pihak. Kemudian pada bulan Jamadil Awal, NABI MUHAMMAD memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad, dan baginda mengutus tentara berjumlah 3000 orang. NABI MUHAMMAD melantik Ja’far bin Abi Talib sebagai panglima perang, dengan catatan, jika ia gugur, maka Zaid bin Harits, menggantikannya. Jika Zaid gugur pula, maka Abduullah bin Rawwahah menggantikannya. Jika Abdullah juga gugur, maka mereka harus membuat kesepakatan untuk mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai panglima. NABI MUHAMMAD pun menempatkan diri untuk menghantarkan mereka dan mengucapkan selamat jalan kepada tentara muslimin tersebut, seraya mendoakan : Semoga Allah membela kalian, dan mengembalikan kalian dalam keadaan selamat, dan dengan kemenangan.
Di Syam, Al-Harits bin Abi Syimr Al-Ghassani, yang berkuasa di Bashrah, telah mempersiapkan pasukan berjumlah 100,000 orang untuk menahan langkah maju tentara muslimin. Sementara itu, Kaisar Syam sendiri juga mempersiapkan 100,000 tentara untuk berjaga-jaga, dan akan turun ke medan pertempuran jika diperlukan.
Sebagaimana diketahui, saat itu Syam dikuasi oleh Romawi, dan ada beberapa penguasa Arab yang dijajah dan menyatakan tunduk kepada kaisar Romawi. Mereka ini adalah negara-negara blok Romawi. Sebagaimana di zaman kita ini kita mengenal ada blok barat dan blok timur, maka saat itu pun ada blok Romawi dan blok Parsi. Negeri Syam yang merupakan blok Romawi sememangnya ditunjangkan oleh kekuatan Romawi.
Kekuatan dua pasukan yang akan bertempur ini jelas tidak seimbang. Peperangan pun berlangsung selama beberapa hari. Di pihak muslimin, satu persatu panglima tenteranya gugur. Mulai dari Ja’far, Zaid dan Abdullah bin Rawahah. Kemudian pasukan muslimin sepakat mengangkat Khalid bin Walid sebagai panglima. Khalid pun menyusun taktik dan strategi perang yang tidak dikenal atau dibuat oleh seseorang panglima sebelumnya. Ia membahagi tentera muslimin menjadi dua bahagian. Bahagian pertama tetap berada di garis peperangan, sedangkan bahagian kedua diminta untuk memisah dan menempatkan diri dari jarak yang cukup jauh. Semua itu dilakukan di malam hari dan dengan kerahsiaan yang mantap dan berdisiplin. Pasukan yang kedua ini diminta untuk bergabung dengan pasukan pertama yang berada di medan peperangan.
Maka persis, sebagaimana yang telah diatur, ketika kebesokan paginya perang meletus dan merapi antara pasukan muslimin yang bertahan di medan perang dengan pasukan musuh dari Syam, pasukan muslimin yang malam tadi memisahkan diri di suatu tempat, datang untuk bergabung. Pasukan musuh menyangka bahwa yang datang itu adalah bala  tentera bantuan baru dari Madinah, yang akan menambah jumlah pasukan muslimin. Hal itu menyebabkan pasukan musuh kehilangan keyakinan,dan bertambah ketakutan, sehingga pasukan muslimin  berjaya mengalahkan mereka dan kembali ke Madinah dengan kemenangan.
NABI MUHAMMAD sangat sedih ketika mendengar bahwa Ja’far bin Abi Thalib gugur di medang perang Mu’tah. Dan tiap kali mengingat peristiwa tersebut baginda menangis. Dalam sejarah disebutkan bahwa kedua tangan Ja’far terpotong oleh pedang musuh, sebelum beliau gugur syahid. NABI MUHAMMAD mengatakan bahwa Ja’far mendapat hadiah berupa dua sayap yang membuatnya dapat terbang di surga. Untuk itulah kemudian NABI MUHAMMAD menggelarkannya dengan “Ja’far At-Thayyar” yang bermaksud “Ja’far yang Terbang”.

OLeh itu marilah kita bersama-sama untuk mengecas semangt supaya tidak mudah mengalah dan berputus asa dalam berdakwah...berdakwahlah dengan cara menghormati pandagan dan berlemah lembut dalam menyampaikan mesej.....

No comments: